Dari
Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi
shallallahu alaihi wasallam lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi
jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau
berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau
bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga
itu di bawah kedua kakinya.”
Berdasarkan hadist
diatas pastilah kita semua tahu, untuk berbakti dan selalu mendengarkan kata
atau perintah dari orang tua termasuk ibu itu sangat dianjurkan. Bahkan ketika
kita mengetahui tantang derjat dari seorang ibu lebih tinggi dari pada ayah. Dalam
suatu riwayat disebutkan, katika sahabat rosul dating dan berkata “ Siapakah
yang harus aku muliakan terlebih dahulu”, rosul menjawab “Ibumu”, “kemudian?” Tanya
sahabat, “Ibumu” jawab rosul, sampailah jawaban ke empat rosul berkata “Ayahmu”.
Sunggu mulia derajat ibu dimata rosul sampai beliau berkata orang yang harus
dimuliakan pertama adalah ibu, tetapi bukan malah kita harus menomor duakan
ayah kita. Disini kita harus adil dan taat kepada kedua orang tua kita.
Dalam pembahasan Ilmu
Budaya Dasar kali ini, kita akan mengulas sedikit tentang “Kasus konflik ibu
dan anak”. Disaat seperti ini, marak terjadinya kasus-kasus serupa yang bahkan
lebih ekstream lagi kalau disebut hanya sebuah konflik, maraknya kasus-kasus
ini membuat saya menuliskan beberapa penyelesaian untuk kita pelajari dan kita
dapat amalkan agar tidak ada lagi konflik antara anggota keluarga lagi. Ada
beberapa faktor yang mungkin sangat mempengaruhi konflik ini, adapun
faktor-faktor tersebut antara lain:
- Kurang Taat Kepada
Sang Pencipta
Saya menyimpulkan
faktor ini sangat mempengaruhi konflik interen dalam keluarga. Ketika seorang
ibu yang kurang dekat kepada agama, dalam artian mungkin belum bisa mendidik
anaknya untuk memahami agama. Bisa saja pendidikan yang ibu berika ini sedikit
menyimpang dan suatu saat aka ada konflik interen dalam pribadi si anak
tersebut.
- Kurang Kasih
Sayang
Faktor ini bisa merusak
bahkan menjerumusakan kehal negative jika kita kurang akan pernyataan pertama.
Faktor kasih sayang sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Ayah sayang ke Ibu, Ayah dan ibu sayang kepada anak-anakya dan mereka semua
saling menyayangi. Jika kasih sayang telah pudar bisa juga menimbulkan
konflik-konflik dalam keluarga.
- Lingkungan Hidup
Mengapa faktor ini saya
masukkan ditinggkat ketiga? – jawabannya karena lingkunganlah yang ikut serta
membesarkan kita dan menjadi pendidik secara tidak langsung dalam kepribadian
kita. Dalam lingkungan terdapat beberapa pempengaruh yang sangat kuat untuk
kepribadian kita. Ketika salah langkah kita untuk menyikapi pengaruh tersebut,
kita bisa menjadi budak konflik yang menghasut kepribadian dan menghancurkan
hidup bahkan keluarga. Disinilah saya
memilih faktor lingkungan berada di posisi 3 untuk faktor yang
mempengaruhi konflik.
- Ekonomi
Faktor ini merupakan
faktor kesimpulan saya yang terakhir. Karena jika sebuah perekonomian yang
menghalangi keluarga. Bisa saja terjadi konflik, tetapi jika dari faktor 1
sampai 3 mereka punyai atau handle secara baik maka konflik tentang
perekonomian tidak akan terjadi.
Jadi, faktor inilah
yang menjadikan konflik bisa atau dapat terjadi. Dengan meningkatkan ketakwaan,
dan menilai jati diri. Maka konflik akan terelakkan, dan ketika kita larut akan
suasana hidup yang menggiurkan. Maka konflik bisa saja menyerang kita. Bukan hanya
diri sendiri yang menjadi rusak tetapi keluarga juga akan terjangkit virus
konflik ini. Semoga kita yang membaca dapat mencari hikmah dan memetik
pelajaran berharga untuk kita amalkan. J