Tuesday, April 9, 2013

IBD dalam Keseharian kita


Membahas tentang sebuah keterkaitan, berarti akan mengulaskan titik temu dan titik balik dari sebuah bahasan tersebut. untuk sebuah keterkaitan dengan manusia, Ilmu Budaya Dasar atau yang kita sebut dengan IBD sangatlah erat titik temu dan titik baliknya. didalam kajian IBD menjelaskan bagaimana kita askan hidup berdampingan dengan individu bahkan kelompok lain yang berbeda cara fikir dan pandang mereka. kajian yang mengharuskan untuk mengetahui kesenjangan dan cara untuk besosialisasi, berfikir mengutarakan sebuah pendapat demi menghandle sebuah masyarakat yang madani.
dalam keseharian kita banyak menjumpai bahkan acap kali berinteraksi dengan semua orang. bahkan secara tidak sadar kita telah mengikuti dan melafalkan bahasa yang digunakan sehari-hari di lingkugan kita bergaul. disini kita tidak mengetahui bahwa sebuah interaksi budaya muncul dalam diri kita. interaksi ini berlanjut dari kita balita sampai saat ini. dalam hal ini sudahlah pasti keterkaitan kita dengan IBD tersebut ada dan keterkaitan ini menjadi titik balik kita sekarang mengetahui keberadaan ILMU BUDAYA DASAR tersebut.
Sosialisi mengenai kebudayaan yang ada dalam kehidupan kita bahkan Negara ini menjadi hal yang tidak boleh untuk dihilangkan. Karenanya, sebuah budaya merupakan sebuah warisan yang diberikan oleh pendahulu atau nenek moyang kita. Sebuah warisan harusnya diemban amanat untuk menjaga dan melestarikannya. Diera globalisasi ini akan banyak sekali akulturasi yang membawa sebuah kebudayaan mengalami perubahan dan bahkan akan menjadikan budaya tersebut hilang secara perlahan-lahan. dalam sebuah uji kasus yang ada di daerah timur atau tepatnya di Irian Jaya, telah punahnya 9 bahasa daerah di pulau itu. sebuah gambaran kita menjaganya yaitu menyikapi tentang pengkaliman dari bangsa lain akan budaya asli Negara kita seperti angklung bambu, reok ponorogo, dan lainnya.
dengan kajian IBD ini berarti mengharapkan kita lebih peka lagi terhadap Budaya yang ada dalam lingkunag dan Negara untuk dijaga keasrian. Walaupun kita memiliki banyak budaya yang belum kita ketahui, ragam suku, dan bahasa yang berbeda-beda tetapi kewajiban untuk menjaga merupakan tugas kita bersama. “Bhineka Tungga Ika” semboyan yang memberikan kemampuan kita untuk bersatu, beda bukan berarti taksama, tapi perbedaan merupakan sebuah gambaran, pemikiran untuk mengemban keputusan demi kesatuan.

Sunday, April 7, 2013

Manusia dan Kebudayaan


Manusia sebagian mahluk individu sekaligus mahluk social yang tidak dapat untuk hidup sendiri tentunya akan saling bergerombol dengan dimasyarakat. Proses interaksi yang selalu dlakukan dalam kehidupannya dan melakukan sebuah kegiantan, akan menghasilkan sesuatu yang baru dan akan sering dilakukan. Dari proses interaksi inilah akan muncul cikal bakal dari sebuah kebudayaan. Secara umum kebudayaan mencakup adat atau kebiasaaan yang sering dilakukan oleh manusia itu sendiri.
Adapun kebudayaan secara pengertiannya yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Bisa di rasakan tetapi tidak bisa di lihat.hasil karya cipta karsa manusia yang berasal dari alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama.

Kaitan Manusia Dengan Kebudayaan

Manusia seperti yang kita tahu, sangat erat kaitannya dengan arti kebudayaan. Kebudayaan itu ibaratnya seperti ciri khas dari manusia yang menggunakan kebudayaan tersebut. Banyak sekali kebudayaan di negara Indonesia tercinta kita ini, salah satunya adalah seperti kebudayaan yang ada dipulau Jawa seperti: Kuda Kepang dari Jawa Tengah, Reok Ponorogo dari Jawa Timur, Ondel-ondel betawi dari DKI Jakarta, Jaipong dari Jawa Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Seiring berkembangnya jaman dan mobilitas manusia, banyak kebudayaan yang mulai terpengaruh dan berubah menjadi suatu kebuadayaan yang baru. Pergantian budaya ini sendiri dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun luar dari daerah dimana budaya itu berada. Bahkan jika kebebasan dari luar yang masuk kedalam kebudayaan sendiri akan mempengaruhi titik fatal dari kebudayaan yang ada, bahkan akan menghilangkan kebudayaan itu sendiri dari daerah asalnya. Salah satu contoh hampir punahnya 9 bahasa yang terdapat di Irian Jaya, hampir hilangnya angklung, reok ponorogo, batik jawa, kolontang minahasa, dan kesenian Dayak dari Indonesia karena diklaim sebagai kebudayaan milik Negara tetangga. Jika hal ini terus terjadi maka tidak menutup kemungkinan bahwa kebudayaan yang menjadi cirri dari sebuah daerah akan menghilang.
Hakikat manusia dalam melestarikan dan menjaga kebudayaan adalah suatu keharusan agar tidak terpengaruh oleh kebudayaan lainnya. Kita harus menjaga keaslian budaya kita karena kebudayaan tersebut merupakan warisan dari nenek moyang kita dahulu. Namun akhir-akhir ini, kita pasti sudah tahu kalau banyak dari kebudayaan di negara kita ini telah terpengaruh oleh kebudayaan luar, khususnya kebudayaan barat. Ya, itu benar. Ini merupakan efek dari arus globalisasi yang sangat kencang sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan dari luar yang bebas keluar masuk ke dalam negara kita ini sehingga kebudayaan kita agak sedikit ‘terpengaruh’ oleh kebudayaan luar, khususnya kebudayaan barat. Ini merupakan kelalaian masyarakat sekarang yang tidak mampu menjaga keaslian budaya itu merupakan warisan dari nenek moyang kita terdahulu. Tapi ini sudah terlambat untuk diatasi. Mengapa? Ibaratnya itu kita seperti berjalan melawan arus yang sangat kencang, seperti itulah yang masyarakat kita sedang alami. Mereka tidak mempersiapkan pertahanan untuk melawan arus kencang tersebut. Bahkan mereka mulai mengikuti arah arus tersebut. Hal ini sangat berbahaya karena jika ini dibiarkan terus maka kebudayaan asli kita akan perlahan-lahan hilang. Tidakkah kita berpikir, bagaimana dengan anak cucu kita kelak yang akan mewariskan kebudayaan kita, sedangkan kebudayaannya itu sudah ‘tercemar’ oleh kebudayaan asing atau luar? Apakah mereka akan bangga dengan kebudayaannya itu? Sungguh ironis memang.
 Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kaitan manusia dan kebudayaan sangatlah erat, sebab kebudayaan timbul karena hasil karya cipta dan karsa dari manusia itu sendiri. Dengan kebudayaan dapat mengatur kehidupan manusia untuk hidup bersosialisasi dengan manusia lain di sekitarnya. Dan kebudayaan dapat hilang karena masuknya budaya lain. Oleh sebab itu, banyak suku lain menolak kebudayaan dari luar di khawatirkan akan merusak kebudayaan yang mereka anut sejak jaman dahulu.

Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar


PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR
IBD adalah ilmu pengetahuan kebudayaan dasar dan tentang konsep konsep yang di kembangkan untuk mengkaji masalah masalah kebudayaan manusia. Didalamnya merupakan pembelajaran tetntang bagaimana kita dapat berinteraksi sesama masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kajian IBD sangatlah luas jangkauannya, sehingga ilmu ini sendiri dikelompokkan menjadi beberapa bagian lagi, antara lain:
       Ilmu alamiah, ilmu ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang terdapat di alam semesta,untuk mengkaji hal ini di gunakan metode ilmiah sesuai dengan hukum yang berlaku.
       Ilmu sosial, ilmu ini bertujuan untuk mengkaji hubungan manusia dengan kebudayaan sosial,apa saja yang di lakukan manusia dalam kehidupan bersosial sabagai individu yang memiliki kebudayaan.
   Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami sifat sifat manusia ya untuk mengkaji hal ini bisa menggunakan cara pengngkapan pristiwa pristiwa dan kenyataan kenyataan yang bersifat unik.

TUJUAN ILMU BUDAYA DASAR
Adanya mata kuliah ilmu budaya dasar adalah sebagai usaha yang di harapkan agar dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan memberikan kritik terhadap nilai nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Agar dapat mencapai tujuan IBD di harapkan dapat:
Ø Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Ø  Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan terhadap massalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis terhadap persoalan persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
Ø   Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli dalam bidang disiplin.
Ø Mengusahakan agar mahasiswa selalu aktif dan kritis terhadap masalah dan persoalan yang menyangkut tentang etnis kebudayaan dan kemasyarakatan.
Ø   Mengajak mahasiswa berpartisipasi unutk menjadi kritikus.

RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah di tetapkan, dua masalah pokok bisa di pakai sebagai bahan petimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian IBD, kedua masalah pokok itu adalah
ü  Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat di dekati dengan menggunakan penngetahuan budaya baik dari segi masing masing keahlian di dalam pengetahuan budaya,maupun secara gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya
ü  Hakekat manusia yang satu universal,akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing masing jaman dan tempat.

Part2 - Preferensi Konsumen dan Keranjang Pasar

Preferensi Konsumen
Dengan begitu banyak jumlah barang dan jasa yang disediakan oleh ekonomi industri untuk dibeli dan selera individual yang berbeda-beda, bagaimana kita dapat menggambarkan preferensi konsumen secara logis? Mari kita mulai dengan memikirkan bagai mana seorang konsumen dapat membandingkan kelompok-kelompok item yang berbeda dibeli. Akankah satu kelompok item lebih disukai dari pada kelompok item yang lain? Atau akankah konsumen tidak peduli antara kedua pilihan kelompok tersebut.

Keranjang Pasar
Kita menggunakan istilah keranjang pasar (market basket) untuk sekelompok item tertentu. Secara spesifik, kerajang pasar adalah sebuah daftar dari salah satu lebih komoditi dengan jumlah tertentu. Keranjang pasar dapat berisikan beragam item pangan dalam sebuah kereta dorong. Dapat pula berarti jumlah pangan, sandang dan papan yang dibeli konsumen setiap bulannya. Banyak ahli ekonomi yang juga menggunakan kata bendel (bundle) untuk arti yang sama dengan keranjang pasar.
Bagaimana konsumen memilih keranjang pasar? Misalnya, bagaimana mereka memutuskan berapa banyak pangan versus sandang yang dibeli setiap bulannya? Meskipun pilihan konsumen mungkin kadang-kadang sewenang-wenang,  Seperti yang akan segera kita lihat, konsumen biasanya memilih keranjang pasar yang membuat mereka seberuntung mungkin.



Tabel 3.1 Keranjang Pasar Alternatif
    Keranjang                           Unit Makan                           Unit Sandang
           A                                          20                                           30
           B                                          10                                           50
           D                                          40                                           20
           E                                          30                                           40
           G                                          10                                           20
           H                                          10                                           40
Catatan: Kita akan menghindari pemakaian huruf C (Clothing) dan F (Food) untuk menyatakan keranjang pasar, agar keranjang pasar tidak tertukar dengan jumlah unit sandang dan pangan

Tabel 3.1 menunjukkan beberapa keranjang pasar yang berisikan berbagai jumlah pangan dan sandang yang dibeli setiap bulan. Jumlah item pangan dapat diukur dengan cara menghitung jumlah apa saja: dari jumlah total wadahnya (konteiner), dari jumlah kemasan masng-masing item (misalnya: susu, daging, dll), atau dari jumlah pon atau gram. Begitu juga sandang dapat dihitung sebagai jumlah total potongan, sebagai juga potongan dari masing-masing jenis sandang, dan sebagai berat total atau volume. Karena metode pengukuran itu sangat tidak menentukan, kita akan menjelaskan item dalam keranjang pasar tersebut secara sederhana dalam pengertian jumlah total unit dari masing-masing komoditi. Keranjang pasar A, misalnya terdiri dari 20 unit pangan dari 30 unit sandang: keranjang B 10 unit pangan dan 50 unit sandang dan seterusnya.
Untuk menjelaskan teori perilaku konsumen, kita akan menanyakan apakah konsumen lebih suka suatu keranjang pasar dari pada keranjang yang lain. Perhatikan bahwa teori tersebut berasumsi bahwa preferensi konsumen masuk akal dan konsisten kami akan menjelaskan apa maksut dari asumsi-asumsi ini pada sub-bagian berikut.

Part1 - Apa yang dilakukan Konsumen?


Sebelum mulai pembahasan, kita harus jelas terlebih dahulu tentang asumsi yang dipakai pada perilaku konsumen, dan apakan asumsi-asumsi tersebut cukup realistis sulit untuk memperdebatkan anggapan bahwa konsumen memiliki preverensi (kesukaan) atas sejumlah barang dan jasa yang tersedia untuk mereka dan bahwa mereka dibatasi dengan anggaran keuangan yang memaksa mereka untuk menetukan pilihan mana yang dapat dibeli. Tapi, kita mungkin akan sependapat dengan argumentasi bahwa konsumen akan memutuskan kombinasi barang dan jasa yang mana, yang dibeli untuk memaksimalkan tingkat kepuasan mereka. Apakah para konsumen bertindak rasional dan berpengetahuan seperti yang diharapkan oleh para ekonomi?
Kita tahu bahwa konsumen tidak selalu melakukan keputusan pembelian secara rasional. Sebagai contoh, kadang-kadang konsumen membeli sesuatu dengan tiba-tiba, merupakan atau tidak memperhitungkan keterbatasan anggaran keuangan yang mereka miliki (dan akibatnya berhutang), dan kadang-kadang konsumen tidak yakin atas preferensi mereka atau dipengaruhi dengan apa yang telah dibeli oleh teman atau tetangga, atau bahkan perubahan suasana hati mereka sendiri. Dan bahwa bila konsumen bertindak secara rasional, yang mungkin tidak dapat selalu dilakukan konsumen untuk memperhitungkan banyak harga dan pilihan yang mereka hadapi setiap hari.
Para ekonimi sedang mengembangkan model perilaku konsumen yang menggabungkan asumsi-asumsi yang lebih realistis cepet tentang rasionalitas dan pengambilan keputusan. Bidang penelitian ini yang disebut dengan ekonomi perilaku (behavioral economics) yang banyak diambil dari temuan-temuan dibidang psikologi dan ilmu lainnya yang terkait. Kita akan membahas beberapa hasil utama dari ekonomi perilaku pada Bab 5. Pada poin ini , kami ingin menegaskan bahwa model dasar dari perilaku konsumen adalah menggunakan asumsi-asumsi yang disederhanakan. Namun, kami juga menggaris bawahi bahwa model ini sangat sukses dalam member penjelasan atas apa yang sesungguhnya kita pelajari tentang pilihan dan karakteristik permintaan konsumen. Untuk itu, model ini merupakan bahan utama (“workhose”) bagi ilmu ekonomi. Model ini juga digunakan dilingkup yang lebih luas, tidak hanya dibidang ekonomi, tapi juga bidang keuangan dan pemasaran.